Penulis diberi nama Deski Jayantoro berdasarkan tiga alasan utama: krisis, sosok bapak, dan harapan.
- Krisis, karena penulis lahir di tengah gejolak krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997–1998. Masa sulit itu meninggalkan jejak mendalam bagi banyak orang, termasuk keluarga penulis.
- Sosok bapak, merujuk pada kakek dari pihak ibu yang dikenal sebagai sosok dermawan, pelindung keluarga, dan pemimpin yang baik, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
- Harapan, karena ibu penulis berharap anaknya dapat tumbuh menjadi pribadi yang berjaya dan memberi manfaat bagi Nusantara.
Dari ketiga alasan tersebut, lahirlah nama Deski Jayantoro.
- "Des" berasal dari Desember, bulan kelahiran penulis, yang merepresentasikan sebab pertama.
- "Ki" diambil dari nama kecil kakek, Tuki, yang melambangkan sebab kedua. Nama asli beliau adalah Parto Ijoyo.
- "Jayantoro" berasal dari kata "Joyo" dalam nama sang kakek, yang bermakna kejayaan di Nusantara—sebuah simbol harapan dan semangat bangkit dari keterpurukan menuju kejayaan.
Ibu penulis ingin mempertahankan ciri khas budaya Jawa, di mana penggunaan huruf "O" lebih umum, seperti dalam nama Widodo (bukan Widada) atau Santoso (bukan Santosa). Ini adalah bentuk harapan agar penulis tetap mengingat akar dan tanah kelahirannya sebagai bagian dari suku Jawa.