Yakin Takut dengan Vaksinasi Covid-19? Ini Pengalaman Saya!

Dokumen Pribadi | 

Saya dan teman-teman RUMAH ZIS UGM mendapatkan undangan untuk mengikuti vaksinasi Covid-19, bersamaan dengan rekan-rekan Masjid Kampus Ugm. Alhamdulillah pada hari ini kami melakukan penyuntikan vaksinasi di GSP lantai 2, dan berjalan dengan lancar.

Apa yang dirasakan? Hanya sedikit pegal dibagian yang disuntik seperti vaksinasi biasanya. Ini wajar sebab penyuntikan dilakukan pada bagian otot, sedangkan anda tahu bahwa otot saya tidaklah cukup banyak 😁. Apakah sakit? Saya pastikan tidak. Anda pernah vaksin cacar atau vaksin sejenis mungkin ketika SD? Mirip seperti itu tidak sakit.

Ohya terdapat screening sebelum dilakukan penyuntikan, apakah anda memiliki beberapa riwayat penyakit, atau alergi obat, atau yg lain sehingga anda dapat dinyatakan berhak atau belum. Adapun jika berhak maka akan diberikan cap rentan atau tidak.

Kemudian sebelum keluar kami diwajibkan menunggu selama 30 menit untuk observasi, apakah ada efek pada tubuh kami. Jika tidak maka kami diperbolehkan keluar.

Berapa dosisnya? Dosis penyuntikan sebesar 0,5 cc untuk tahap pertama. Untuk tahap kedua kami akan melakukan penyuntikan kembali pada tanggal 29 April esok. Tentunya dengan membawa kartu vaksinasi yg telah diberikan. Sekian, semoga dapat menjadi gambaran kepada teman-teman semua.

Penulis: Deski Jayantoro

spacer

Korelasi antara Ajang Balapan Rally dengan Pengendalian Diri

unplash.com | 

Salah satu perlombaan di dunia otomotif adalah Rally. Perlombaan ini menuntut sang pembalap menempuh waktu secepat mungkin dengan kondisi jalan berkelak-kelok, berpasir, berlumpur, menembus hutan, ladang dan sebagainya. Uniknya balapan ini adalah terletak pada jumlah orang dalam kendaraan, berbeda dengan balap lain yang mungkin cukup satu orang saja seperti drag race, moto gp, dan F1. Rally membutuhkan dua orang dalam satu kendaraan. Mereka bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yaitu waktu. Nilai yang akan mereka dapatkan ada penghargaan kemenangan jika waktu yang dihasilkan lebih cepat dari lawan mereka.

Dua orang dalam satu kendaraan ini memiliki fungsi yang berbeda. Satu orang mengemudi dan satu orang lainnya menunjukkan jalan dengan membaca catatan mereka maupun dari tim mereka. Ini tidak mudah mengingat kecepatan yang tinggi harus dilakukan bahkan dijalanan berpasir dan tanah, naik serta turun, dan tikungan. Maka reflek si pengemudi sangat dibutuhkan. Misalnya sang penunjuk jalan mengarahkan kanan medium/fp4 maka pengemudi harus merespon dengan cepat untuk berbelok ke kanan medium pada jalur realnya. Ini dilakukan sampai balapan telah mencapai finish dan tidak mengenal henti. Cobalah melihat video rally maka akan terasa seru sekali.

Apabila ini dikorelasikan dengan perjalanan hidup, maka yang lebih tepat adalah badan kita sebagai suatu kendaraan lalu dua pengemudi ini adalah otak perasaan dan otak pemikiran kita. Otak perasaan pasti akan menjadi penggemudi walaupun caranya mengemudi seperti seorang pemabuk di pasar. Otak pemikiran kita sebagai penunjuk arah, walaupun dia paham dan bisa menyetir namun dalam diri kita ini dia tidak akan pernah bisa untuk mengambil alih setir kendaraan. Otak perasaan anda selalu memegang kendali. Maka disinilah kita perlu mengatur keduanya agar saling bekerja sama selamanya. Tujuannya agar harapan yang kamu tentukan dapat tercapai baik sebelum atau ketika kamu akhirnya diputuskan pulang ke kampung halaman yaitu akhirat.

Sumber bacaan: Everything is f*cked karya Mark Manson
spacer

Hidup Semudah Memilih Kuliah Setelah Turun dari Kereta

Unplash.com | 

Saya terheran-heran ketika bertemu dengan seorang teman baru. Sesimpel inikah memilih jurusan dan kampus untuk kuliah? Ah, besok akan saya bongkar kisahnya. Rabu, 29 Juli 2020 adalah pertama kalinya aku bertemu dengan mas Irfan, beliau adalah salah seorang pengurus di Pondok Pesantren. Beliau kuliah jurusan rekam medis di salah satu politeknik kesehatan di Yogyakarta. Pertemuan tak sengaja ketika saya akan mencicil barang-barang kos untuk dipindah ke Pondok. Yaaa.. Alhamdulillah saya diterima menjadi salah seorang santri disana. Sejak dari kos, melewati Sagan, dan teknik uny rasanya berdebar karena saya memang agak canggung ketika berhadapan dengan lingkungan baru. Ketika sampai di Pondok, suasana sepi seperti hari sebelumnya, dimana saya tak jadi mencicil pakaian untuk diletakkan di sana.

Semua rasa canggung hilang ketika bertemu mas Irfan, banyak cerita, ngobrol tentang Pondok dan bangku perkuliahan. Hal yang unik ketika beliau bercerita tentang awal mula kuliah. Dulu, beliau berkata sempat kerja menjadi admin pendaftaran di sekolah, hingga berjualan sari roti. Hmm.. Inspiratif. Mengingatkan saya pada masa lalu saya yang hampir mirip dengan beliau. Lalu beliau juga bercerita bahwa bangku kuliah yang diambil sekarang adalah hasil dari kenekatanya 3 tahun yang lalu. Ceritanya setelah 6 bulan bekerja selepas SMA, beliau memaksa kedua orang tuanya bahwa beliau ingin kuliah. Orang tuanya menyetujui namun menyarankan untuk kuliah di kota Bandung, namun beliau enggan. Alasannya simpel, banyak temannya disana dan kurang bisa mendapat teman-teman baru dan suasana baru katanya.

Beliau merasa, Jogja adalah tempat yang tepat untuknya menimba ilmu. Selain banyak bertemu orang baru, juga suasana yang cukup berbeda. Akhirnya tahun berikutnya beliau memutuskan untuk pergi ke Jogja dengan uang saku dari hasil kerjanya yang beliau rasa telah cukup. Beliau menuju ke Jogja dengan menaiki Kereta Api. Katanya "Pokoknya ke Jogja dulu". Setelah turun di Stasiun Lempuyangan, beliau kemudian baru memilih tempatnya menimba ilmu berikut dengan jurusannya. Beliau pilih jurusan rekam medis di salah satu politeknik di Jogja.

Saya berfikir, sesimpel itu ya? Dan sekarang beliau sudah sidang, tinggal menunggu wisuda. Masyaallah, memang luar biasa hal ini bisa saya ketahui.
spacer